PERJUANGAN 8 TAHUN JENI MELAWAN LEUKEMIA DAN SEMBUH! YEAYYYY❤️

 

Perkenalkan ini adik dampingan RHI Jakarta yaitu, Jeni Marbun. Nama panggilannya adalah Jeni.

Jeni adalah anak dampingan RHI Jakarta yang  tinggal di  rumah singgah RHI sejak tahun 2014 dan telah menjalani pengobatan panjang dengan Leukemia ALL.

Saat ini usia Jeni 17 tahun, Jeni sakit dari usia 8 tahun. Aktivitas Jeni sebelum sakit sama seperti teman-teman seusia dia yaitu sekolah, bermain, dll. Gejala pertama yang Jeni alami sebelum didiagnosa sakit Leukimia, Jeni sering merasa capek, muntah, panas turun naik.

Seminggu setelah itu mama Jeni membawanya ke puskesmas terdekat, disana dokter puskesmas bilang kalau Jeni terkena demam berdarah dan tipes. Sudah seminggu namun tidak ada perubahan sama sekali , akhirnya mama membawa Jeni ke RSUD BEKASI dan Jeni langsung melakukan pengecekan lab, ternyata hasil Hemoglobin (HB) Jeni hanya 2 dan Jeni langsung menjalankan tranfusi darah. Setelah seminggu dirawat di rumah sakit dokter mengatakan bahwa Jeni terkena kelainan darah dan harus menjalani pengobatan lebih lanjut, serta Jeni langsung di rujuk ke RSCM dan menjalani pengobatan hingga dinyatakan survive pada tahun 2018.

Akan tetapi pada akhir tahun 2019, Jeni harus kembali berjuang melawan sakit yang sama yaitu Leukemia atau yang lebih sering disebut kanker darah. Dikarenakan kondisi ini, mengharuskan Jeni untuk kembali menjalankan kemoterapi dari awal.

Akhir Desember 2019 Jeni mulai merasakan nyeri serta timbulnya warna kemerahan di bola mata sebelah kiri. Awalnya, kedua orang tua Jeni berpikir bahwa anaknya hanya mengalami sakit mata biasa. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan-lahan bola mata Jeni mulai terlihat keluar yang disebabkan oleh benjolan di mata Jeni.

 

Januari 2020 Jeni kembali ke Rumah Harapan Indonesia yang berlokasi di Jakarta dan menjalani rangkaian pengobatan. Selama di RHI, kondisi Jeni semakin menurun mulai dari berat badan serta benjolan di mata yang semakin membesar. Akibat benjolan ini sempatmengakibatkan Jeni tidak dapat berjalan. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan kegiatan lebih banyak dilakukan di tempat tidur. Itu semua harus dialami Jeni kurang lebih 3 bulan lamanya. Baru di awal Maret 2020, Jeni didiagnosis mengidap Glioma atau tumor otak yang berasal dari sel-sel penyokong susunan saraf pusat.

                                                                                   

Pada 24 Maret 2020, Jeni melakukan operasi untuk pengangkatan tumor yang mengakibatkan dia harus kehilangan mata kirinya. Tidak hanya itu, Jeni pun harus kembali menjalani kemoterapi. Jeni yang biasanya ceria berubah menjadi pendiam, sering murung dan kehilangan kepercayaan dirinya karena harus kehilangan rambutnya sebagai efek dari kemoterapi yang dijalani. Setelah 7 bulan melakukan kemoterapi, kondisi Jeni perlahan mulai berangsur membaik.

Syukur pada Tuhan di tahun 2023 ada kabar baik untuknya. Kadar sel blast (sel kankernya) telah 0% dan Jeni sudah dinyatakan bersih dari Kanker.

Namun perjuangan Jeni tidak sampai disini saja karena saat ini Jeni harus melakukan operasi untuk pemasangan protesa mata buatan yang dimana prosesnya cukup panjang. Mengingat bukan hanya pemasangan protesa mata saja, akan tetapi Jeni harus melakukan operasi pembuatan kelopak mata juga yang dimana semua rangkaian pengobtaan tersebut tidak ditanggung oleh BPJS mulai dari check up rutin sampai proses operasi selesai. Perkiraan biaya yang dibutuhkan adalah kurang lebih Dua puluh juta rupiah.

Agar pengobatan tersebut dapat dilakukan, maka Jeni membutuhkan dukungan dari semua pihak melalui Rumah Harapan Indonesia. Bantu Jeni mewujudkan mimpinya untuk punya bola mata kembali dan melanjutkan sekolahnya dengan cara berdonasi melalui rekening Rumah Harapan Indonesia, BCA 541-5814-400 a/n Yay. Sahabat Valencia Peduli.

Si Tembam Kembali Melawan Sakit Kanker Leukimia

Previous slide
Next slide