Alauddin – Si Pejuang Thalassemia

Assalamualaikum wr wb, Hai nama saya Alauddin, biasa di panggil Udin. Saya anak pertama dari 3 orang bersaudara.


Saya Penderita Thalassemia Beta Mayor sudah sejak umur 8 bulan, ibu saya cerita kondisi saya saat itu sering drop dan mengalami gejala kuning, pucat, demam panas. Dokter melakukan pemeriksaan darah dan hasil akhirnya, saya didiagnosa Thalassemia Beta Mayor di Hospital Tawau Sabah. Dokter juga sempat mengatakan ke ibu saya, jika saya bisa melewati usia 12 tahun melakukan perawatan, maka saya akan terus menjalani transfusi sampai ke usia dewasa.
Sejak Saat itu saya sudah mulai rutin menerima perawatan serta transfusi darah setiap bulan, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia saya, saya tidak bisa lagi untuk melanjutkan perawatan di Hospital Tawau, dikarenakan biaya sudah tidak lagi di jamin oleh perusahaan tempat ibu sya bekerja. Dan saat itu Dokter disana sudah mulai menyarankan pengangkatan limpa yang membesar efek transfusi darah yang saya jalani.

Pada saat itu, ibu saya sudah tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut, dan berfikir
untuk pulang ke Indonesia dengan harapan bisa berobat tradisional. Tidak lama setelah itu, saya bersaudara dan ibu pun pulang ke Indonesia (Kolaka) tepat nya pada tahun 2014 akhir.

6 Bulan setalah saya bersaudara dan ibu sudah di Indonesia, saya pun mulai drop, saya di bawa ke ke Rumah Sakit Daerah di Kolaka dan saya sempat menjalani transfusi 2 kantong yang seharus nya 5 kantong dengan Hb 3.8, dikarenakan Rumah Sakit Daerah tidak mempunyai stok darah dan ibu saya mendapatkan 2 kantong PRC tersebut dari 2 orang pendonor, 2 Orang pendonor itu bukan lah keluarga maupun saudara dari ibu saya melainkan 2 orang baik yang Allah kirim untuk menolong saya.

3 Minggu setelah saya di rawat, saya pun di rujuk ke Makassar tepatnya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Pada Tahun 2015. Saya pun sudah harus melanjutkan perawatan serta transfusi darah. Ibu saya sempat berfikir kedepannya bakalan banyak biaya terlebih lagi ongkos pulang pergi dari Makassar ke Kolaka. Ibu saya sempat tidak ingin lagi membawa saya untuk melanjutkan perawatan di Makassar.
Pada saat saya di rawat, saya dipertemukan dengan Orang baik dari Rumah Harapan, yang menawarkan saya dan ibu saya untuk tinggal di Rumah Harapan selama pengobatan dan di fasilitasi

Makan, minum, kebutuhan sehari” dll tanpa ada biaya serupiah pun. Ibu saya pun dapat menarik nafas lega, senang. Uang ongkos yang harus saya pakai untuk pulang pergi Kolaka bisa buat adek melanjutkan sekolahnya. Dan Sejak Saat itu, selama saya berobat ke Makassar, saya tinggal di Rumah Harapan sampai saat in, yang awalnya saya sebagai pasien dampingan hingga sekarang berstatus volunteer
Saya sangat senang, selama saya tinggal di Rumah Harapan, saya banyak dipertemukan dengan orang orang baik. Saya banyak belajar nilai nilai kebaikan, dulu nya saya yang di temani, hingga sekarang saya sudah bisa menemani adik” yang lain.

Previous slide
Next slide