Merupakan kabar yang mengagetkan bagi kedua orang tua Fikri untuk mengetahui kondisi Fikri yang didiagnosis mengidap beberapa penyakit. Fikri yang berasal dari Natuna, Kepulauan Riau ini harus melakukan serangkaian pengobatan di RSUD Natuna dari usia 2 bulan dengan diagnosa awal yaitu jantung bocor. Kemudian pada usia 6 bulan, Fikri mulai tinggal di Rumah Harapan Indonesia dengan diagnosa Sindrom Rubela Kongenital (SRK) yaitu kondisi bayi baru lahir dengan berbagai efek akibat infeksi virus rubela selama awal kehamilan.
Dengan kondisi awal berat badan Fikri hanya 3,7 kg, ia mengalami kesulitan untuk menelan makanan. Oleh sebab itu, Fikri dianjurkan untuk mengunakan Nasogastric Tube (NGT) atau alat bantu makan untuk konsumsi kebutuhan makan berupa susu supaya ia tidak kekurangan gizi. Sebagai tambahan gizinya, ahli nutrisi menganjurkan Fikri untuk mengonsumsi susu khusus selama 8 kali sehari. Diagnosis lanjutan yaitu ditemukan adanya penyempitan jantung pada tubuhnya.
Dalam setiap hari, Fikri harus mengunjungi beberapa poli sekaligus untuk melakukan pengobatan. Di usia Fikri 7 bulan, ia didiagnosis bahwa kedua matanya mengalami katarak. Seiring berjalannya waktu, di usia 9 bulan, Fikri pun harus menggunakan alat bantu dengar karena kedua telinganya tidak dapat mendengar. Saat Fikri berusia 1 tahun 3 bulan, ia mendapatkan diagnosa micropenis atau kondisi yang muncul saat seorang pria memiliki ukuran penis yang sangat kecil dan di bawah ukuran normal. Oleh karena itu, Fikri harus melakukan tindakan operasi Phalloplasty yaitu prosedur pembedahan untuk memperbaiki micropenis.
Sambil menunggu jadwal operasi micropenis, Fikri melakukan tindakan operasi katarak untuk mata sebelah kanan pada bulan September 2019 serta untuk mata sebelah kiri dilakukan pada bulan November 2019. Selesai operasi, Fikri harus menggunakan kacamata karena kedua matanya masih belum dapat melihat jelas dan hanya dapat merespon cahaya. Agar dapat melihat dengan jelas, Fikri harus melakukan tanam lensa yang masih menunggu jadwal panggilan dari dokter.
Setelah menjalani pengobatan, berat badan Fikri mulai mengalami perubahan dari 3,7 kg menjadi 11 kg. Meskipun tumbuh kembang Fikri masih terbilang lamban, tetapi Fikri terus semangat untuk berjuang menjalani serangkaian pengobatan. Saat ini pengobatan Fikri berfokus pada pertumbuhannya sambil menunggu jadwal operasi Phalloplasty. Begitu banyak pengobatan yang telah dijalani oleh Fikri yang masih mungil ini, dan masih banyak juga perjuangan yang harus ditempuh oleh Fikri untuk sembuh total. Tetapi semangat dari orang tua terus mendukung Fikri untuk tetap menjalani pengobatan. Semoga Fikri segera sembuh dan berkumpul kembali dengan seluruh keluarga di Natuna. Amin